BB 30616 seminggu sebelum kejadian Kecelakaan maut Tragedi Bintaro |
Mesin Blower Milik loko BB 30616 yng didalamnya penuh organ Manusia |
Nih lanjutannya...
-------
Pada pukul 06.55 pagi itu kereta 225 akhirnya berangkat tanpa izin Djamhari, dan semua crew yang melihat langsung panik...
Juru langsir pun panik dan berlari, untungnya berhasil naik di gerbong paling belakang.
Djamhari juga ikut-ikutan panik dan mengibas-ngibaskan bendera merah. Selain itu, sinyal atau biasa disebut palang kereta api yg menggerakkan sinyal masuk arah KBY dinaikturunkan berkali-kali... tp tdk terlihat oleh Suradio. Dy berusaha mengejar KA 225 dengan berlari krn panik .... trs teriak "tolong ... pasti tabrakan ..... tolong .... pasti tabrakan ...." trs berhenti berlari kemudian kembali ke ruangan sambil menangis ..... memberitahu ke Umriyadi agar usahakan KA 220 diberhentikan di Pondokbetung...
Sementara itu beberapa crew mengejar 225 dengan motor tapi ga berhasil...
Sementara itu Umriyadi hanya tenang2 saja dan (dengan sombong) menjawab "gw sih dah bener .... elo aja yg kasih semboyan bahaya ..."
Tapi semua upaya crew Sudimara untuk menghentikan 225 sia-sia. Kereta api Suradio (Slamet) seakan sudah dituntun menuju maut. Tanpa sadar, nasib naas menunggu mereka. Para penumpang yang duduk di atap gerbong rupanya gembira kereta berangkat lebih cepat. Mereka pun malah menyoraki Djamhari, "huuuuu....." sambil tertawa-tawa.
Djamhari akhirnya membunyikan semboyan bahaya ke bel genta perlintasan .....
PJL Bintaro(PJL.57A) pun bingung ... kok ada genta berulang-ulang .... dikiranya bel genta percobaan ..... (kemudian diketahui bahwa PJL.57A (Bintaro) tidak hafal semboyan genta) ...
KA 220 melewati PJL Pondokbetung tanpa peringatan dari ybs (seharusnya PJL.57A Bintaro menghentikan KA 220) ...... (setelah PJL.57A (Bintaro) terdapat lengkung jalan huruf "S" maka disitulah terjadi tabrakan KA 220 dan KA 225) ..... kurang lebih 200 meter dari PJL Pondok Betung arah ke Sudimara.
ceritanya masih lanjut lagi nih...
(bersambung)
-------
Pada pukul 06.55 pagi itu kereta 225 akhirnya berangkat tanpa izin Djamhari, dan semua crew yang melihat langsung panik...
Juru langsir pun panik dan berlari, untungnya berhasil naik di gerbong paling belakang.
Djamhari juga ikut-ikutan panik dan mengibas-ngibaskan bendera merah. Selain itu, sinyal atau biasa disebut palang kereta api yg menggerakkan sinyal masuk arah KBY dinaikturunkan berkali-kali... tp tdk terlihat oleh Suradio. Dy berusaha mengejar KA 225 dengan berlari krn panik .... trs teriak "tolong ... pasti tabrakan ..... tolong .... pasti tabrakan ...." trs berhenti berlari kemudian kembali ke ruangan sambil menangis ..... memberitahu ke Umriyadi agar usahakan KA 220 diberhentikan di Pondokbetung...
Sementara itu beberapa crew mengejar 225 dengan motor tapi ga berhasil...
Sementara itu Umriyadi hanya tenang2 saja dan (dengan sombong) menjawab "gw sih dah bener .... elo aja yg kasih semboyan bahaya ..."
Tapi semua upaya crew Sudimara untuk menghentikan 225 sia-sia. Kereta api Suradio (Slamet) seakan sudah dituntun menuju maut. Tanpa sadar, nasib naas menunggu mereka. Para penumpang yang duduk di atap gerbong rupanya gembira kereta berangkat lebih cepat. Mereka pun malah menyoraki Djamhari, "huuuuu....." sambil tertawa-tawa.
Djamhari akhirnya membunyikan semboyan bahaya ke bel genta perlintasan .....
PJL Bintaro(PJL.57A) pun bingung ... kok ada genta berulang-ulang .... dikiranya bel genta percobaan ..... (kemudian diketahui bahwa PJL.57A (Bintaro) tidak hafal semboyan genta) ...
KA 220 melewati PJL Pondokbetung tanpa peringatan dari ybs (seharusnya PJL.57A Bintaro menghentikan KA 220) ...... (setelah PJL.57A (Bintaro) terdapat lengkung jalan huruf "S" maka disitulah terjadi tabrakan KA 220 dan KA 225) ..... kurang lebih 200 meter dari PJL Pondok Betung arah ke Sudimara.
ceritanya masih lanjut lagi nih...
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar